Daisypath Anniversary tickers

my entries

Makalah fonologi penulisan kata
05.54 | Author: Ridwan Hussin

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dizaman modern ini banyak orang yang masih salah dalam penulisan kata, untuk itu kami menganggkat tema penulisan kata. Didalam penulisan banyak terdapat aspek yang perlu diperhatikan. Aspek – aspek itu akan kami jelaskan dalam makalah ini. Kita sebagai generasi penerus untuk menjadi guru Bahasa Indonesia harus bisa menjadi teladan yang baik bagi generasi yang akan datang.Banyak aspek yang harus diperhatikan dalam system penulisan kata yaitu seperti kata dasar,kata turunan, bentuk ulang , gabungan kata, suku kata ,kata depan, partikel,singkatan dan akronim, kata bilangan, kata ganti, kata si dan sang.Oleh karena itu setiap melakukan penulisan kata harus memperhatikan hal-hal tersebut,jadi tidak menjadikan asal tulis saja tetapi sudah mengikuti aturan yang sudah ada yaitu Ejaan Bahasa Indonesia (EYD) yang telah dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah melalui MENDIKNAS.

BAB II

PEMBAHASAN

Sistem penulisan kata terbagi atas kata dasar,kata turunan, bentuk ulang , gabungan kata, suku kata ,kata depan, partikel,singkatan dan akronim, kata bilangan, kata ganti, kata si dan sang.Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini.

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Buku itu sangat menarik.

[sunting] B. Kata Turunan

1.

a.

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.



Misalnya:

berjalan

dipermainkan


b.

Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.



Misalnya:

mem-PHK-kan

di-PTUN-kan

2.

Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.


Misalnya:

bertepuk tangan

garis bawahi

3.

Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.


Misalnya:

dilipatgandakan

menggarisbawahi

4.

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu

ditulis serangkai.


Misalnya:

adipati



aerodinamika




Catatan:

(1)

Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.


Misalnya:

non-Indonesia

pan-Afrikanisme

(2)

Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai dengan huruf kapital.


Misalnya:

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.

(3)

Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.


Misalnya:

Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.

Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

(4)

Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.


Misalnya:

Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.

Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.

(5)

Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.


Misalnya:

taklaik terbang

taktembus cahaya

[sunting] C. Bentuk Ulang

1.

Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.


Misalnya:

anak-anak

mata-mata

berjalan-jalan

menulis-nulis


Catatan:

(1)

Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.


Misalnya:

surat kabar

surat-surat kabar

kapal barang

kapal-kapal barang

(2)

Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda.


Misalnya:

orang besar

orang-orang besar



orang besar-besar

gedung tinggi

gedung-gedung tinggi



gedung tinggi-tinggi

2.

Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.


Misalnya:

kekanak-kanakan

perundang-undangan



Catatan:

Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.

Misalnya:

Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.

Kami mengundang orang2 yang berminat saja.

[sunting] D. Gabungan Kata

1.

Unsur unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.


Misalnya:

duta besar

model linear

kambing hitam

orang tua

2.

Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang


bersangkutan.


Misalnya:

anak-istri Ali

anak istri-Ali

ibu-bapak kami

ibu bapak-kami

3.

Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.


Misalnya:

acapkali

darmasiswa

puspawarna

adakalanya

darmawisata

radioaktif

[sunting] E. Suku Kata

1.

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.


a.

Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.



Misalnya:

bu-ah

ma-in


b.

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.



Misalnya:

pan-dai

au-la


c.

Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.



Misalnya:

ba-pak

la-wan


d.

Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.



Misalnya:

Ap-ril

cap-lok


e.

Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.



Misalnya:

ul-tra

in-fra



Catatan:

(1)

Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.


Misalnya:

bang-krut

bang-sa

(2)

Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir baris.


Misalnya:

itu

i-tu

setia

se-ti-a

2.

Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.


Misalnya:

ber-jalan

mem-bantu


Catatan:

(1)

Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan




dilakukan seperti pada kata dasar.


Misalnya:

me-nu-tup

me-ma-kai

(2)

Akhiran -i tidak dipisahkan pada pergantian baris.

(3)

Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.


Misalnya:

ge-lem-bung

ge-mu-ruh

(4)

Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.


Misalnya:

Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....

Walaupun cuma cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.

3.

Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.


Misalnya:

bio-grafi

bi-o-gra-fi

bio-data

bi-o-da-ta

4.

Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

[sunting] F. Kata Depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam

gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.

Misalnya:

Bermalam sajalah di sini.

Di mana dia sekarang?

Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.

Misalnya:

Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

Dia lebih tua daripada saya.

[sunting] G. Partikel

1.

Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.


Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik!

Apakah yang tersirat dalam surat itu?

2.

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya:

Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.

Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.


Catatan:

Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.


Misalnya:

Adapun sebab sebabnya belum diketahui.

Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.

3.

Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.


Misalnya:

Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.

Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.



Catatan:

Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.

[sunting] H. Singkatan dan Akronim

1.

Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.


a.

Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.



Misalnya:

A.H. Nasution

Abdul Haris Nasution

H. Hamid

Haji Hamid


b.

Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.



Misalnya:

DPR

Dewan Perwakilan Rakyat

PBB

Perserikatan Bangsa Bangsa


c.

1)

Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.




Misalnya:

jml.

jumlah

kpd.

kepada



2)

Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.




Misalnya:




dll.

dan lain lain

dsb.

dan sebagainya




Catatan:

Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.


d.

Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.



Misalnya:

a.n.

atas nama

d.a.

dengan alamat


e.

Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.



Misalnya:

Cu

kuprum

cm

sentimeter

2.

Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.


a.

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.



Misalnya:

LIPI

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LAN

Lembaga Administrasi Negara


b.

Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.



Misalnya:

Bulog

Badan Urusan Logistik

Bappenas

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


c.

Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.



Misalnya:

pemilu

pemilihan umum

iptek

ilmu pengetahuan dan teknologi




Catatan:

Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.

(1)

Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).

(2)

Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.

[sunting] I. Angka dan Bilangan

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab

:

0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

Angka Romawi

:

I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

1.

Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.


Misalnya:

Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.

2.

Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.


Misalnya:

Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.

Panitia mengundang 250 orang peserta.


Bukan:

250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.

3.

Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.


Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.

Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.

4.

Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.


Misalnya:

0,5 sentimeter

tahun 1928

5 kilogram

17 Agustus 1945


Catatan:

(1)

Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.

(2)

Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.

5.

Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.


Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15

Jalan Wijaya No. 14

6.

Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.


Misalnya:

Bab X, Pasal 5, halaman 252

Surah Yasin: 9

7.

Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.


a.

Bilangan utuh



Misalnya:

dua belas

(12)

tiga puluh

(30)


b.

Bilangan pecahan



Misalnya:

Setengah

(1/2)

seperenam belas

(1/16)



Catatan:

(1)

Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.

(2)

Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.



Misalnya:

20 2/3

(dua puluh dua-pertiga)

22/30

(dua-puluh-dua pertiga puluh)

8.

Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.


Misalnya:

a.

pada awal abad XX (angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab
pada awal abad kedua puluh (huruf)

b.

kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)

9.

Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut.


Misalnya:

lima lembar uang 1.000-an

(lima lembar uang seribuan)

tahun 1950-an

(tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)

10.

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).


Misalnya:

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

11.

Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.


Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).

Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.


Catatan:

(1)

Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.

(2)

Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.

(3)

Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.

[sunting] J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Buku ini boleh kau baca.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

Catatan:

Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.

Misalnya:

KTP-mu

SIM-nya

[sunting]K. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.

Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.

Catatan:

Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.

Misalnya:

Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.

Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Kata dasar

2. Kata turunan

3. Bentuk ulang

4. Gabungan kata

5. Suku kata

6. Kata depan

7. Partikel

8. Singkatan dan akronim

9. Angka dan bilangan

10. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya

11. Kata si dan sang

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan - Wikisource bahasa Indonesia.htm

|
This entry was posted on 05.54 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: